Get Started. It's Free
or sign up with your email address
GERAKAN SOSIAL by Mind Map: GERAKAN SOSIAL

1. Teori-Teori Perilaku Kolektif

1.1. Menurut Macionis (1999: 623), dari hasil kajian beberapa peneliti, seperti Blumer (1969), Mauss (1975), dan Tilly (1978), dapat disimpulkan bahwa terdapat 4 tahapan dalam proses gerakan sosial, yakni:

1.1.1. peristiwa yang tidak diharapkan, tidak biasa (tidak lazim) dilakukan saat keadaan normal

1.2. Bentuk-bentuk dari collective behavior

1.2.1. Crowds

1.2.2. Mobs and riots

1.2.3. Rumor and gossip

1.2.4. Public opinion

1.2.5. Panic and mass hysteria

1.2.6. Fashions and fads

2. Konsep dan Teori Gerakan Sosial Lama

2.1. Teori Masyarakat Massa

2.1.1. Konsep tentang Mass Society Theory

2.1.1.1. Mass society theory memfokuskan perhatiannya terhadap gerakan massa (mass movement) yakni suatu gerakan populer yang beroperasi di luar dan terhadap suatu tatanan sosial.

2.1.1.2. Memiliki beberapa karakteristik khusus

2.1.1.2.1. Atomisasi

2.1.1.2.2. Akses

2.1.1.2.3. Ketersediaan

2.1.1.2.4. Kelompok Menengah

2.1.1.2.5. Gerakan Massa

2.1.1.2.6. Krisis Politik

2.1.1.2.7. Kepribadian dan Kultur

2.1.1.2.8. Letimigasi Kultur

2.1.1.2.9. Dukungan Psikologis

2.2. Teori Deprivasi Relatif

2.2.1. Fokus dari Relative Deprivation Theory adalah alasan-alasan psikologis yang melatarbelakangi keputusan untuk membentuk atau terlibat dalam suatu gerakan sosial (social movement).

2.2.2. konsep yang terkait dengan dengan teori deprivasi relatif

2.2.2.1. Relative deprivation

2.2.2.2. Legitimate expectations

2.2.2.3. Blocked expectations and discontent

2.3. Teori Nilai Tambah

2.3.1. Menurut Locher (2002: 248), the Value-Added Theory yang dikembangkan oleh Smelser dapat digunakan untuk mengkaji tentang social movements sebagaimana juga diterapkan dalam mengkaji bentuk-bentuk perilaku kolektif (collective behavior) yang lainnya.

2.3.2. Menurut Smelser, terdapat Empat komponen dalam social action

2.3.2.1. Values

2.3.2.2. Norms

2.3.2.3. Organized individual motivation in roles and collectivities

2.3.2.4. Situation facilities

2.3.3. Dalam formulasi Smelser (Locher, 2002: 43; Zanden, 1988: 571572), terdapat enam faktor determinan (penentu) dari perilaku kolektif (collective behavior

2.3.3.1. Kondusifitas Struktural

2.3.3.2. Ketenagaan Struktural

2.3.3.3. Perkembangan dan Penyebaran Kepercayaan Umum

2.3.3.4. Faktor-Faktor Pencetus

2.3.3.5. Mobilisasi Partisipasi Untuk Aksi

2.3.3.6. Operasi dan Kontrol Sosial

2.4. Perspektif Teori Dominasi Kelas dan Teori Korporatokrasi

2.4.1. Konsep dominasi dapat dikonstruksi dari tiga elemen

2.4.1.1. Kondisi kekuasaan yang tidak seimbang

2.4.1.2. Kondisi ketergantungan

2.4.1.3. Kondisi ketidakhadiran atau ketidakpatuhan atas aturan

3. Konsep dan Teori Gerakan Sosial Baru

3.1. Konsep tentang Gerakan Sosial Baru

3.1.1. Merupakan suatu pendekatan teoritis terbaru yang menjelaskan tentang perubahan karakter dari Gerakan Sosial (Social Movements)

3.1.2. 2 tipe tentang paham reduksi (reductionism) Marxisme klasik harus dicegah dari bentuk tindakan kolektif.

3.1.2.1. Paham ekonomi Marxisme

3.1.2.2. Paham reduksi kelas Maexisme

3.2. Karakteristik Gerakan Sosial Baru

3.2.1. Menurut Pichardo (1997: 414), paradigma Gerakan Sosial Baru (GSB) secara fundamental memiliki karakteristik khusus yang berbeda dengan paradigm Gerakan Sosial Lama (Old Social Movement).

3.2.2. GSB dapat dilihat dari 4 aspek, yakni:

3.2.2.1. Tujuan dan Ideologi

3.2.2.2. Taktik

3.2.2.3. Struktur

3.2.2.4. Partisipasi dari Gerakan Kontemporer

3.3. Pandangan Umum Beberapa Teoritisi tentang Gerakan Sosial Baru

3.3.1. Menurut Buechler (1955: 443) paling tidak terdapat empat pemikiran teoritisi yang bisa dijadikan dasar untuk mengkaji teori-teori tentang Gerakan Sosial Baru (New Social Movements).

3.3.2. 4 teoritisi Gerakan Sosial Baru

3.3.2.1. Manuel Castells (Spanyol)

3.3.2.2. Alain Touraine (Prancis)

3.3.2.3. Alberto Melucci (Italia)

3.3.2.4. Jurgen Habermas (Jerman)

3.4. Tipologi Teori Gerakan Sosial Baru

3.4.1. Menurut Buechler (1995: 457), secara umum teori-teori Gerakan Sosial Baru (GSB) dapat dikelompokkan ke dalam dua versi (tipe) yang berbeda, yakni versi politik (political version) dan versi kultural (cultural version).

4. Teori Mobilisasi Sumberdaya dan Teori Peluang Politik

4.1. Teori mobilisasi sumber daya merupakan teori yang diperkenalkan oleh Anthony Oberschall yang meneliti bagaimana gerakan sosial dapat muncul dan berhasil dengan proses-proses sosial yang dilakukannya (Sukmana, 2016)

4.1.1. Faktor penentu keberhasilan teori ini

4.1.1.1. Dilihat dari bagaimana organisasi gerakan sosial menamfaatkan keberadaan jaringan secara struktural maupun non-formal

4.2. Ada dua konsep dalam peluang politik

4.2.1. Political opportunities

4.2.2. The Social System

4.3. McAdam menyebutkan terdapat empat dimensi dari peluang politik

4.3.1. Relatif terbuka atau tertutupnya suatu kelembagaan sistem politik

4.3.2. Stabil atau tidak stabilnya dari berbagai hubungan antar kelompok yang berkuasa

4.3.3. Ada atau tidak adanya persekutuan antara kekuatan-kekuatan (elit) dalam masyarakat

4.3.4. Kapasitas dan kecenderungan Negara untuk melakukan tindakan refresif

5. Ruang Lingkup Gerakan Sosial

5.1. Menurut Macionis (1999: 623), dari hasil kajian beberapa peneliti, seperti Blumer (1969), Mauss (1975), dan Tilly (1978), dapat disimpulkan bahwa terdapat 4 tahapan dalam proses gerakan sosial,yakni:

5.1.1. Tahap kemunculan

5.1.2. Tahap penggabungan

5.1.3. Tahap birokratisasi

5.1.4. Tahap kemunduran/penurunan

5.2. Pengertian Gerakan Sosial

5.2.1. Definisi, Tujuan, dari Gerakan Sosial

5.3. Contoh Gerakan Sosial

5.3.1. Ilustrasi dari gerakan sosial yang terjadi pada berbagai wilayah

5.4. Dampak Gerakan Sosial

5.4.1. Perubahan yang terjadi pada masyarakat yang memiliki akibat dari gerakan sosial

6. Konsep Gerakan Sosial

6.1. Konsep mengenai Gerakan Sosial menururt sosiolog

6.1.1. Gerakan sosial lebih sebagai suatu bentuk dari tindakan kolektif (collective action) daripada sebagai bentuk perilaku kolektif (collective behavior).

6.2. Pengertian Tindakan Kolektif

6.2.1. Tindakan kolektif (collective action) didefinisikan sebagai setiap tindakan yang bertujuan untuk meningkatkan status, kekuasaan atau pengaruh dari seluruh kelompok, bukan untuk seorang atau beberapa orang (Zomeren ,2009 : 646)

6.3. Perbedaan Gerakan Sosial dari Bentuk Perilaku Kolektif

6.3.1. crowd (kerumunan), riot (kerusuhan) dan rebel (penolakan, pembangkangan), dapat dilihat dari tiga aspek, yakni:

6.3.2. Pengorganisasian

6.3.3. Pertimbangan

6.3.4. Daya Tahan

7. Perkembangan Gerakan Sosial

7.1. Pada periode 1960-an, perkembangan teori gerakan sosial memasuki era baru dalam dunia akademis terutama di Negara-negara Amerika Utara dan Eropa Barat

7.2. .Teori gerakan sosial modern berhasil mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang memfasilitasi tumbuhnya gerakan sosial, kuat lemahnya dan berhasil atau tidaknya sebuah geraka sosial.

7.3. Gerakan social sifatnya

7.3.1. Lebih terorganisasi

7.3.2. Lebih memiliki tujuan dan kepentingan bersama

8. Peta Teoritik Gerakan Sosial

8.1. Pemetaan Teoritik Gerakan Sosial Mnenurut Rajendra Singh

8.1.1. Menurut Singh (2001: 111), secara umum tradisi teoritis studi tentang Gerakan Sosial dapat diklasifikasikan ke dalam tiga klasifikasi, yakni: (1) Klasik; (2) Neo-Klasik, dan (3) Gerakan Sosial Baru (Kontemporer).

8.2. Paradigma klasik dan neo-klasik pada tindakan kolektif

8.3. Tradisi neo-klasik dihubungkan dengan tradisi utama dalam studi Gerakan Sosial Lama (Old Social Movements)

8.4. Pemetaan Teoritik Gerakan Sosial Menurut Nick Crossley

8.4.1. Crossley (2001: 10-13) membagi tradisi analisis studi Gerakan Sosial berdasarkan dimensi waktu dan setting wilayah

9. Konsep Tentang Perilaku Kolektif

9.1. Perilaku kolektif bertentangan dengan standar-standar perilaku atau harapan sosial dari kelompok tertentu atau masyarakat.

9.2. Bentuk-bentuk dari collective behavior

9.2.1. Crowds, mobs and riots, rumor and gossip, public opinion, panic and mass hysteria, dan fashions and fads

10. Isu Gerakan Sosial Lama

10.1. Ciri-ciri gerakan sosial lama yaitu

10.1.1. Memiliki struktur organisasi

10.1.2. Ada dasar pemikiran yang digunakan sebagai landasan perjuangan atau ideologi

10.1.3. Harus memiliki identitas yang jelas dan dikenal oleh khalayak umum

10.2. Gerakan sosial lama mengatakan bahwa politik selalu berbicara kepentingan orang banyak yang harus diperjuangkan ke pemerintah.

11. Isu Gerakan Sosial Baru

11.1. Bentuk lain dari gerakan sosial itu sendiri.

11.2. Gerakan Sosial Baru menanggalkan orientasi ideologis yang melekat kuat padagerakan sosial lama, sebagaimana sering dinyatakan dalam ungkapan-ungkapan antikapitalisme, revolusi kelas, dan perjuangan kelas

12. Perspektif Komperhensif Teori Gerakan Sosial

12.1. Perspektif Teori Identitas

12.1.1. Berakar dari tradisi ilmu sosial di Eropa merupakansalah satu orientasi teori kontemporer dalam gerakan sosial baru (Singh, 2001: 105)

12.1.2. Perspektif Teoritik

12.1.3. Produksi dan Cara Kerja Identitas

12.2. Dapat dirumuskan tentang faktor-faktor determinan terjadinya Gerakan sosial, yaitu

12.2.1. Identitas kolektif

12.2.2. Solidaritas

12.2.3. Komitmen